Kamis, 22 Januari 2015

Tulisan 1

TULISAN 

Bakmi Gila merupakan konsep bisnis
restoran bakmi yang didirikan sejak
tahun 2006. Melalui riset yang
panjang, produk dan menu-menu di
restoran Bakmi Gila diciptakan. Awal
berdiri hanya menggunakan
gerobak sederhana, namun dalam
perjalanan usaha Bakmi Gila
bermetamorfosa menjadi restoran
dengan menggunakan ruko dan atau plaza dengan tempat yang nyaman dan
luas, bahkan di salah satu cabang ada yang menempati luas mencapai
1300m2.
Bakmi Gila sebagai merek dagang telah didaftarkan sejak tahun 2006 dan
berhasil mendapat sertifikat merek dari departemen Hak dan Kekayaan
Intelektual.  Keunggulan bakmi gila adalah pada nama yang unik dan produk-
produk yang dijual mempunyai cita rasa unggulan yang berbeda dengan para
pesaing dan bahkan beberapa menu tidak dapat ditemui di restoran bakmi
lainnya.

Bakmi Gila didirikan oleh generasi muda, dan di tahun 2008, berhasil menyabet
penghargaan Bisnis Indonesia Young Entrepreneur Award 2008, yang
merupakan salah satu kompetisi bisnis bergengsi yang diadakan oleh harian
terkemuka di Indonesia dalam bidang bisnis dan keuangan, yaitu harian Bisnis
Indonesia dimana kompetisi ini diikuti oleh ratusan bisnis setiap tahunnya.
Penghargaan ini membuktikan eksistensi Bakmi Gila dan potensi pasar dari
usaha restoran Bakmi Gila.
Peluang Kemitraan Bakmi Gila
Prospektus Ringkas  3
Sejak akhir tahun 2009, Bakmi Gila mulai menawarkan kerjasama kemitraan
melalui metode kemitraan kepada para mitra baik untuk wilayah jabotabek,
mapun di kota besar lainnya di Indonesia. Berdasarkan pengalaman kami di
kota medan, potensi pasar restoran Bakmi di luar jakarta sangat menjanjikan. Di
salah satu cabang medan, Bakmi Gila sanggup melayani sekitar 800 – 1000 porsi
setiap harinya.  Sejak dimitrakan, secara perlahan tapi pasti, Bakmi Gila lebih
mendekatkan diri kepada konsumen di seluruh Indonesia, dengan hadir di
Jakarta, Bekasi, Medan, Surabaya, Kalimantan, dan Pekanbaru.

☺      Ada Apa dengan Bakmi Gila ? Ada Apa dengan Bakmi Gila ? Ada Apa dengan Bakmi Gila ? Ada Apa dengan Bakmi Gila ?

Konsep Produk & Keunikan Bakmi Gila
Bakmi Gila ingin setiap buka cabang di lokasi
baru langsung dikenal dan membuat
penasaran para konsumen di lokasi tersebut.
Oleh sebab itu, nama ’Gila’ yang disematkan
ke dalam merek dagang cukup unik dan
berhasil menarik konsumen berdatangan ke restoran Bakmi Gila. Bakmi Gila
sendiri mencantumkan kata ”Gila” dalam namanya karena :
1.  Gila Pedas (satu menu ada yang bernama mie spesial pedas, dan
konsumen mengatakan ’pedasnya benar-benar bikin gila’)
2.  Gila Porsi (sesuai namanya, menu Bakmi Gila ada yang menawarkan
porsi satu menunya sangat banyak sekali sehingga membuat konsumen
mengatakan ’Gila banyak sekali’)
3.  Gila Rasa (rasa menu Bakmi Gila enak untuk dinikmati dan membuat
konsumen mengatakan ’enak gila’)

Bahan baku utama Bakmi Gila dibuat oleh rumah produksi Bakmi Gila dimana
menggunakan bahan-bahan alami, tanpa zat kimia, tanpa zat pewarna dan
tanpa zat pengawet sehingga membuat Bakmi Gila terjamin sehat dan halal Peluang Kemitraan Bakmi Gila
Prospektus Ringkas  4
untuk dikonsumsi oleh konsumen. Saat ini tidak kurang dari 90 menu varian mie
dan nasi yang dijual di restoran Bakmi Gila.

Target Market Massa & Struktur Harga Terjangkau
Dengan paket menu lengkap yang tidak
kurang dari 90 varian rasa merupakan menu
pilihan yang telah terseleksi selama 4 tahun ini.
Bakmi Gila berupaya memberikan alternatif
bagi semua segmen konsumen untuk
memuaskan seleranya, dimulai dari menu mie
ayam biasa (mie klimizz ayam dan mie krezzi ayam) dengan harga yang sangat
terjangkau (Rp 12.000) sampai ke menu paling ’gila’ (mie gila pedas seharga Rp
15.000).

Dengan struktur harga yang demikian, dapat dipastikan Bakmi Gila dapat
masuk ke semua lapisan masyarakat (Mass Market), strata sosial, serta semua
wilayah geografis (wilayah perkotaan/urban city maupun peripheral/pinggiran)
di Indonesia. Seluruh pilihan menu yang ada di tiap outlet Bakmi Gila disesuaikan
dengan perkiraan karakteristik target market yang ada  di lokasinya masing
masing. Pilihan menu ini telah sangat memadai dibandingkan dengan restoran
bakmi lainnya. Rata-rata konsumen sekali transaksi di Bakmi Gila menghabiskan
uang sekitar Rp 15.000-Rp 20.000 per sekali datang.

Konsep Outlet dan Info Lokasi
Dengan mengusung konsep outlet restoran modern, maka di setiap outletnya
Bakmi Gila berupaya terlihat eye-catching agar tampak menarik dan nyaman
untuk didatangi oleh konsumen. Hal ini direfleksikan dari pewarnaan outlet yang
menggunakan warna kuning, merah dan orange serta  pencahayaan lampu
yang terang di malam hari. Didukung pula dengan neonsign dan plang merek
yang besar dan menarik. Kesemuanya itu merupakan Unique Selling Point (USP)
dari outlet Bakmi Gila yang membedakannya dengan para pesaing, yang
dibangun dengan Investasi yang WAJAR dan TERJANGKAU. Peluang Kemitraan Bakmi Gila
Prospektus Ringkas  5

Bakmi Gila dalam menjalankan usahanya tidak bernafsu untuk cepat-cepat
menambah cabang dalam skala banyak, karena Bakmi Gila  sangat selektif
dalam memilih lokasi. Beberapa mitra yang menawarkan diri untuk membuka
cabang Bakmi Gila tetapi lokasinya kurang bagus maka  Bakmi Gila tidak
mengizinkan mitra tersebut.  Perlahan tapi pasti itulah moto Bakmi Gila dalam
mengembangkan usahanya, setiap tahun ada pertumbuhan usaha dengan
ditandainya penambahan outlet secara selektif.

Peluang dan Konsep Bisnis Kemitraan Bakmi Gila
Bakmi Gila & konsepnya dapat dilihat oleh para calon Mitra sebagai suatu
alternatif pilihan investasi yang baik dan merupakan peluang yang sangat layak
dipertimbangkan, antara lain sbb:
•  Pasar yang luas dan terus berkembang dari semua lapisan masyarakat,
karena masyarakat Indonesia adalah pengkonsumsi mie no 2 terbanyak
di dunia setelah china.
•  Produk yang bersifat konsisten sepanjang tahun (bukan produk musiman
yang bersifat “booming” sesaat) dan terus bertumbuh  (life cycle / siklus
bisnis yang panjang).
•   Investasi wajar & tingkat “Return” yang tinggi, dengan Harga Pokok
Produksi setiap produknya rata-rata hanya dikisaran 50% dari harga jual
kepada konsumen, dengan perkiraan titik impas investasi  (BEP) yang
wajar / rasional.
•  “Easy Setup” dan mudah dalam pengoperasiannya, dengan dukungan
manajemen dan sistem & prosedur kerja yang teruji dan solid.
•  Persediaan bahan baku yang minimal serta tingkat kerusakan (bahan)
yang rendah. Setiap gerai hanya dipasok bahan baku sesuai dengan
kebutuhan selama beberapa hari saja untuk menjamin kesegaran
kualitas produk & minimal bahan terbuang.

Keuntungan perusahaan tersebut bagi pemiliknya :
1.      Usahanya lebih cepat berkembang
2.      Kita dapat dengan mudah memperluas wilayah baru karna hasil dari nama franchisor yang sudah terkenal
3.      Investasi wajar dan tingkat return tinggi
4.      Terbentuknya kekuatan ekonomi dalam jaringan distribusi

Dampak positif dan negative bagi perusahaan terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia :
Dampak positif :
1.      Adanya kreatifitas untuk menghasilkan produk produk dalam negeri yang berkualitas
2.      Dapat dengan mudah memperoleh investasi dari luar negeri
Dampak negative :
Dengan banyaknya perusahaan besar yang ada di Indonesia ,secara tidak langsung membuat perusahaan kecil yang di Indonesia mengalami bangkrut karena kalah saing untuk menghasilkan produk produk yang berkualitas serta perusahaan kecil juga tidak mendapatkan investasi dari luar negeri

SUMBER : http://www.bakmigila.com/img/Franchise_Opportunity_Std.pdf

Pembangunan Koperasi Di Negara Berkembang



BAB 12 : Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang

Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang
            Kendala yang dihadapi masyarakat dalamm engembangkan koperasi di Negara berkembang adalah sebagai berikut :
a) Sering koperasi hanya dianggap sebagai organisasi swadaya yang otonom partisipatif dan demokratis dari rakyat kecil (kelasbawah) seperti petani, pengrajin, pedagang dan pekerja/buruh
b) Disamping itu ada berbagai pendapat  yang berbeda dan diskusi-diskusi yang controversial mengenai keberhasilan dan kegagalan serta dampak koperasi terhadapa proses pembangunan ekonomi social di negara-negaradunia ketiga (sedangberkembang) merupakan alas an yang mendesak untuk mengadakan perbaikan tatacara evaluasi atas organisasi-organisasi swadaya koperasi.
c) Kriteria ( tolokukur) yang dipergunakan untuk mengevaluasi koperasi seperti perkembangan anggota, dan hasil penjualan koperasi kepada anggota, pangsa pasar penjualan koperasi, modal penyertaan para anggota, cadangan SHU, rabat dan sebagainya, telah dan masih sering digunakan sebagai indicator mengenai efisiensi koperasi.
Cara mengatasi perbedaan pendapat tersebut dengan menciptakan 3 kondisiyaitu :
    1. Koqnisi
    2. Apeksi
    3. Psikomotor
Konsepsi mengenai kebijakan pemerintah dalam perkembangan koperasi yang otonom dalam bentuk model tiga tahap, yaitu :
  1. Tahap pertama : Offisialisasi
pemerintah secara sadar mengambil peran besar untuk mendorong dan mengembangkan prakarsa dalam proses pembentukan koperasi. Lalu membimbing pertumbuhannya serta menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan. Sasarannya adalah agar koperasi dapat hadir dan memberikan manfaat dalam pembinaan perekonomian rakyat, yang pada gilirannya diharapkan akan menumbuhkan kembali kepercayaan rakyat sehingga mendorong motivasi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan koperasi tersebut.
  1. Tahap kedua : De Offisialisasi
Ditandai dengan semakin berkurangnya peran pemerintah. Diharapkan pada saat bersamaan partisipasi rakyat dalam koperasi telah mampu menumbuhkan kekuatan intern organisasi koperasi dan mereka secara bersama telah mulai mampu mengambil keputusan secara lebih mandiri.
  1. Tahap ketiga : Otonomi
Tahap ini terlaksana apabila peran pemerintah sudah bersifat proporsional. Artinya, koperasi sudah mampu mencapai tahap kedudukan otonomi, berswadaya atau mandiri.

Kelemahan-kelemahandalampenerapankebijakandan program yang mensponsoripengembangankoperasi, yaitu :
  1. Untuk membangkitkan motivasi para petani agar menjadi anggota koperasi desa, ditumbuhkan harapan-harapan yang tidak realistis pada kerjasama dalam koperasi bagi para anggota dan diberikan janji-janji mengenai perlakuan istimewa melalui pemberian bantuan pemerintah.
  2. Selama proses pembentukan koperasi persyaratan dan kriteria yang yang mendasari pembentukan kelompok-kelompok koperasi yang kuatdan, efisien, dan perusahaan koperasi yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secara otonom, tidak mendapat pertimbangan yang cukup.
  3. Karena alas an-alasan administrative, kegiatan pemerintah seringkali dipusatkan pada pembentukan perusahaan koperasi, dan mengabaikan penyuluhan, pendidikan dan latihan para aggota, anggota pengurus dan manajer yang dinamis, dan terutama mengabaikan pula strategi-strategi yang mendukung perkembangan sendiri atas dasar keikutsertaan anggota koperasi.
  4. Koperasi telah dibebani dengan tugas-tugas untuk menyediakan berbagai jenis jasa bagi para anggotanya (misalnyakredit), sekalipun langkah-langkah yang diperlukan dan bersifat melengkapi belum dilakukan oleh badan pemerintah yang bersangkutan (misalnyapenyuluhan).
  5. Koperasi telah diserahi tugas, atau ditugaskan untuk menangani program pemerintah, walaupun perusahaan koperasi tersebut belum memiliki kemampuan yang diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas dan program itu.
  6. Tujuan dan kegiatan perusahaan koperasi (yang secara administrative dipengaruhi oleh instansi dan pegawai pemerintah) tidak cukup mempertimbangkan, atau bahkan bertentangan dengan, kepentingan dan kebutuhan subyektif yang mendesak, dan tujuan-tujuan  yang  berorientasi pada pembangunan para individu dan kelompok anggota.

Pembangunan Koperasi di Indonesia

Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting da lam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya.

Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan, berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.

Pembangunan koperasi dapat diartikan sebagai proses perubahan yang menyangkut kehidupan perkoperasian Indonesia guna mencapai kesejahteraan anggotanya. Tujuan pembangunan koperasi di Indonesia adalah menciptakan keadaan masyarakat khususnya anggota koperasi agar mampu mengurus dirinya sendiri (self help).

A. Permasalahan dalam Pembangunan Koperasi

Koperasi bukan kumpulan modal, dengan demikian tujuan pokoknya harus benar-benar mengabdi untuk kepentingan anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pembangunan koperasi di Indonesia dihadapkan pada dua masalah pokok yaitu :
1.      Masalah internal koperasi antara lain: kurangnya pemahaman anggota akan manfaat koperasi dan pengetahuan tentang kewajiban sebagai anggota. Harus ada sekelompok orang yang punya kepentingan ekonomi bersama yang bersedia bekerja sama dan mengadakan ikatan sosial. Dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi ke arah sasaran yang benar.
2.      Masalah eksternal koperasi antara lain iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk perjuangan koperasi, sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.
B. Kunci Pembangunan Koperasi

Menurut Ace Partadiredja dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah rendahnya tingkat kecerdasan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemerataan tingkat pendidikan sampai ke pelosok baru dimulai pada tahun 1986, sehingga dampaknya baru bisa dirasakan paling tidak 15 tahun setelahnya.

Berbeda dengan Ace Partadiredja, Baharuddin berpendapat bahwa faktor penghambat dalam pembangunan koperasi adalah kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus, pengawas, dan manajer belum berjiwa koperasi sehingga masih perlu diperbaiki lagi.

Prof. Wagiono Ismangil berpendapat bahwa faktor penghambat kemajuan koperasi adalah kurangnya kerja sama di bidang ekonomi dari masyarakat kota. Kerja sama di bidang sosial (gotong royong) memang sudah kuat, tetapi kerja sama di bidang usaha dirasakan masih lemah, padahal kerja sama di bidang ekonomi merupakan faktor yang sangat menentukan kemajuan lembaga koperasi.

Ketiga masalah di atas merupakan inti dari masalah manajemen koperasi dan merupakan kunci maju atau tidaknya koperasi di Indonesia.

Untuk meningkatkan kualitas koperasi, diperlukan keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan dukungan kepercayaan dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi koperasi pada waktu yang akan datang semakin besar, maka koperasi perlu dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi. Untuk keperluan ini, koperasi dan pembina koperasi perlu melakukan pembinaan dan pendidikan yang lebih intensif untuk tugas-tugas operasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, apabila belum mempunyai tenaga profesional yang tetap, dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang terkait.

Dekan Fakultas Administrasi Bisnis universitas Nebraska Gaay Schwediman, berpendapat bahwa untuk kemajuan koperasi maka manajemen tradisional perlu diganti dengan manajemen modern yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Semua anggota diperlakukan secara adil,
2.      Didukung administrasi yang canggih,
3.      Koperasi yang kecil dan lemah dapat bergabung (merjer) agar menjadi koperasi yang lebih kuat dan sehat,
4.      Pembuatan kebijakan dipusatkan pada sentra-sentra yang layak,
5.      Petugas pemasaran koperasi harus bersifat agresif dengan menjemput bola bukan hanya menunggu pembeli,
6.      Kebijakan penerimaan pegawai didasarkan atas kebutuhan, yaitu yang terbaik untuk kepentingan koperasi,
7.      Manajer selalu memperhatikan fungsi perencanaan dan masalah yang strategis,
8.      Memprioritaskan keuntungan tanpa mengabaikan pelayanan yang baik kepada anggota dan pelanggan lainnya,
9.      Perhatian manajemen pada faktor persaingan eksternal harus seimbang dengan masalah internal dan harus selalu melakukan konsultasi dengan pengurus dan pengawas,
10.  Keputusan usaha dibuat berdasarkan keyakinan untuk memperhatikan kelangsungan organisasi dalam jangka panjang,
11.  Selalu memikirkan pembinaan dan promosi karyawan,
12.  Pendidikan anggota menjadi salah satu program yang rutin untuk dilaksanakan.



Contoh:
Pakar Koperasi dan Ekonomi, Bernhard Limbong, menyatakan, kondisikoperasi di Indonesia sampai tahun 2011 cukup memperihatinkan Sebanyak 27 persendari 177.000 koperasi yang ada di Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi tidak aktif.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2013 menampilkan ada 194.925 unit koperasi di Indonesia, termasuk di dalamnya 1.472 unit koperasi nelayan yang tersebar di 23 provinsi. Dengan jumlah anggota mencapai 33,6juta orang. Setiap tahunnya, pertumbuhan koperasi ini mencapai tujuh sampai delapan persen.Mayoritas koperasi yang beroperasi adalah simpan pinjam.


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Rupanya, makin anyak koperasi berstatus tidak aktif.Hingga akhir Desember 2013, sebanyak 29,74% koperasi di Indonesia tidak aktif.
Berdasarkan data KementerianKoperasidan Usaha Kecil danMenengah, ada 60.584 koperasi yang tidakaktifdarikeseluruhan 203.701 unit.
Rasiokoperasi yang matisuri tersebut naik di bandingkan akhir 2012.Ketika itu, tercatat ada 54.974 koperasi atau sekitar 28,29% koperasi tidak aktif dari keseluruhan yang  berjumlah 194.295 koperasi.
Sekadar informasi, koperasi tidak aktif tidak menunjukkan adanya aktivitas usaha.Penyebabnya bias disebabkan kurangnya sumber dayamanusia (SDM) atau lemahnya permodalan.
Dari data ituterlihat, jumlah koperas itidak aktif tumbuh 10% dalam periode setahun.Padahal, jumlah keseluruhan koperasi hanya tumbuh 4,84% sepanjang 2012-2013.
Sedangkan penambahan jumlah koperasi yang aktif lebih lambat lagi.Jumlah koperasi yang aktif per Desember 2013 mencapai 143.117 unit, hanyatumbuh 2,72% dari posisi setahun sebelumnya yang 139.321.
Masih berdasarkan data itu, volume usaha koperasi per akhir tahun 2013 tercatat Rp 125,59 triliun, tumbuh 5,37% darisebelumnyaRp 119,18 triliun.
Meski mencatat pertumbuhan usaha dan jumlah unit yang tipis, koperasi mencatat pertumbuhan pendapatan fantastis.Lihat saja, Sisa Hasil Usaha per Desember 2013 tercatat Rp 8,12 triliun, tumbuh 21,87%  dari setahun sebelumnya Rp 6,66 triliun
Sumber:
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_5.htm
http://ruth-happy.blogspot.com/2010/01/pembangunan-koperasi.html
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/03/12/54974-koperasi-di-indonesia-mati-suri